Hubungan Sosial Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2020

2021 
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Menurut WHO, Indonesia termasuk ke dalam negara1ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara /South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata1prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%, sehingga persentase balita pendek di Indonesia masih tinggi. Menurut Riskesdas tahun 2018, provensi sualawesi selatan masih berada di angka 35,4% , dengan kabupaten Enrekang tertiggi ke-5 dengan persentase 42%. Data PSG tahun 2018 menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki prevalensi stunting tertinggi  yaitu Kecamatan Baraka sebesar 45,1%. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana hubungan sosial budaya dengan kejadian stunting pada baita usia 24-59 bulan di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang tahun 2020. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional . Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan teknik total sampling . Jumlah populasi dalam penelitin ini adalah 34 balita, dan jumlah sampel juga sebanyak 34 balita karena menggunakan total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga (p=0,050) dengan kejadian stunting tidak terdapat hubungan antara sosial budaya (p=0,0281), kepercayaan makanan (p=0,089), dan pengasuhan anak (p=1.000) dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []