Verifikasi Kalender Tanam Terpadu dan Sumber Air Irigasi di Kabupaten Boyolali

2019 
Abstrak Peningkatan produktivitas padi tidak lepas lepas dari sarana pendukung serta kemampuan petani dalam menyelesaikan masalah seperti pemakaian varietas yang sesuai dengan spesifik lokasi, peningkatan kemampuan pengendalian hama dan penyakit serta penerapan inovasi teknologi untuk antisipasi perubahan iklim (kekeringan atau tergenang). Salah satu teknologi informasi tentang waktu tanam, varietas, luasan lahan sawah yang dapat ditanam serta varietas padi dan dosis pupuk setiap musim tanam adalah kalender tanam (KATAM). Salah satu kegiatan verifikasi KATAM terpadu dilaksanakan di Kabupaten Boyolali 2016. Metode yang dipakai adalah survey lapang (melihat kondisi lahan dan sumber air irigasi), pertemuan tingkat kecamatan yang melibatkan penyuluh lapang, petani kooperator dan pengurus P3A di 15 (lima belas) kecamatan. Data yang diverifikasi adalah data KATAM terpadu (waktu tanam, pola tanam, varietas, dosis pupuk, hama penyakit dan produktivitas) dan sumber daya air yang ada di sekitar lokasi atau lahan sawah. Data teknis untuk kegiatan verifikasi dianalisis dengan deskriptif dengan membandingkan antara data KATAM terpadu dengan data lapang. Verifikasi informasi KATAM ini tidak terpisah dengan sumber air irigasi yang setiap tahunnya mencukupi untuk wilayah yang terairi, untuk curah hujan pada tahun berjalan dalam kondisi cukup sampai dengan berlebih dibeberapa wilayah. Dengan tidak adanya masalah dalam sumber air irigasi, maka hasil verifikasi di 19 (sembilas belas) kecamatan adalah sebagai berikut : a) pola tanam setahun antara lain padi-padi-padi, padi-padi-palawija, padi-palawija-palawija dan padi-palawija-bero dan b) rata-rata awal tanam periode Oktober 2015 – September 2016 adalah bulan November (Katam  di Oktober II-III untuk Boyolali bagian selatan sedangkan untuk wilayah Boyolali bagian utara adalah Nov III-Des I). Dari hasil kuisioner terhadap koordinator penyuluh lapang (19 kecamatan) ternyata jenis saluran irigasi sudah permanen 63,16% dan sederhana 36,84%, kondisi saluran  cukup  baik (68,42%), baik (15,79%) dan yang rusak 15,79%. Keberadaan air irigasi tiap tahunnya sudah mencukupi  di 66,67% wilayah  Kabupaten Boyolali dan sisanya (33,33%) masih kurang (Nogosari, Simo, Wonosegoro, Andong). Untuk curah hujan dirasa cukup untuk 78,57% wilayah dan 21,43% masih kurang (Nogosari, Andong). Pengaturan pengelolaan air disetiap wilayah yang menggunakan saluran irigasi terdapat Petugas P3A (Paguyuban Petani Pemakai Air) yang bertugas untuk membuat jadwal pembagian pengairan antar blok, terutama jika terjadi kelangkaan air seperti pada musim kemarau. Hasil kuisioner terhadap 15 penyuluh lapang yang kami wawancara ternyata di Boyolali, komoditas tanaman pangan yang paling banyak ditanam pada musim tanam I adalah padi sekitar 88 %, kemudian kedelai (6%) dan padi/horti (6%). Sedangkan waktu tanam awal rata-rata bulan Oktober dan waktu tanam akhir pada  bulan November. Sedangkan pada musim tanam II, komoditas yang paling banyak ditanam adalah padi (83 %), padi/horti (6 %), padi/perkebunan (6 %) dan kedelai (5 %). Waktu tanam awal rata-rata bulan Februari dan berakhir pada bulan Mei. Sedangkan pada musim tanam III, komoditas yang paling banyak ditanam adalah padi (27 %), jagung (27 %), palawija (13 %), padi/tembakau (7 %), padi/palawija (7 %), palawija/bera (7 %), jagung/sayuran (6 %) dan padi/jagung/kacang tanah (6 %). Waktu tanam awal rata-rata bulan Juni dan berakhir pada bulan September. Varietas padi yang memungkinkan ditanam adalah Inpari 30. Varietas padi dominan yang ditanam petani adalah IR 64, Ciherang, Situ Bagendit, Mekongga dan Memberamo. Petani masih beranggapan bahwa varietas baru padi saat ini produktivitasnya masih sama dengan yang mereka biasa budidayakan tetapi belum teruji, sehingga mereka tetap menanam padi varietas tersebut.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []