RAINFALL THRESHOLDS FOR LANDSLIDE IN GARUT REGENCY, WEST JAVA USING HIMAWARI-8 DATA

2021 
Landslide was one of natural disasters that affected by the weather. The intensity of landslide in Indonesia tended to increase from year to year with a larger area distribution. Remote sensing was a method that can be used to support disaster mitigation and response activities including landslide because this technology allows monitoring and analysis both spatially and temporally. One of the remote sensing satellites that can be used for monitoring landslide was Himawari-8. This weather satellite was launched in 2014 and had a temporal resolution of 10 minutes making it effective for meteorological, environmental and disaster observations. This research has used Himawari-8 rainfall data which extracted from cloud top temperature to determine the intensity of rainfall that causes landslide in Garut Regency. The daily accumulation of rainfall for five days before the landslide event up to five days after the landslide event has been investigated statistically to analyze the conditions of rainfall that trigger landslides. Rainfall thresholds for landslide was determined by the intensity maximum of daily accumulation. It was found that the intensity of rainfall that has potential to cause landslides based on the threshold value is as follows: Malangbong District 60.3 mm/day, Banjarwangi District 32.3 mm/day, Pasirwangi District 36.9 mm/day, Cisewu District 35.1 mm/day and Talegong District 52.8 mm/day. Landslide in four districts have corresponded with the day where the intensity of rainfall was maximum. Meanwhile for Talegong District, the landslide was occurred a day after its maximum. Keywords: rainfall, Himawari-8, landslide, remote sensing, threshold Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang dipengaruhi oleh cuaca. Intensitas kejadian tanah longsor di Indonesia cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan sebaran wilayah yang semakin meluas. P enginderaan jauh merupakan metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan mitigasi dan tanggap bencana termasuk tanah longsor karena teknologi ini memungkinkan dilakukannya pemantauan serta analisis baik secara spasial maupun temporal . Salah satu satelit penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk monitoring kejadian tanah longsor adalah Himawari-8. Satelit cuaca ini diluncurkan pada tahun 2014 dan memiliki resolusi temporal 10 menit sehingga efektif digunakan untuk pengamatan meteorologi, lingkungan serta kebencanaan . Penelitian ini menggunakan data curah hujan Himawari-8 yang diekstraksi dari nilai suhu puncak awan untuk menentukan intensitas curah hujan pemicu longsor di lima kecamatan di Kabupaten Garut. A kumulasi harian curah hujan selama lima hari sebelum kejadian longsor sampai dengan lima hari s esudah kejadian longsor telah diinvestigasi secara statistik untuk menganalisis kondisi curah hujan pemicu longsor. Nilai threshold curah hujan pemicu longsor ditentukan dari intensitas maksimum harian curah hujan pada saat terjadinya longsor. Diperoleh bahwa intensitas curah hujan yang berpotensi menyebabkan longsor berdasarkan nilai threshold adalah sebagai berikut: Kecamatan Malangbong 60,3 mm/hari , Kecamatan Banjarwangi 32,3 mm/hari , Kecamatan Pasirwangi 36,9 mm/hari , Kecamatan Cisewu 35,1 mm/hari dan Kecamatan Talegong 52,8 mm/hari .  Longsor pada empat kecamatan yang diinvestigasi bertepatan dengan puncak intensitas hujan sementara untuk Kecamatan Talegong terjadi satu hari sesudah kejadian curah hujan maksimum. Kata kunci: curah hujan, Himawari-8, longsor, penginderaan jauh, threshold
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []