Depresi pada Gagal Jantung: Pendekatan Psikosomatik

2021 
Depresi adalah kondisi umum yang sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung (GJ) dan diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya atau memberatnya gangguan kardiovaskular. Depresi pada pasien penyakit jantung sering didefinisikan sebagai suatu kondisi psikosomatik-somatopsikis yang saling memengaruhi. Namun, terlepas dari dampak buruk dari depresi, kondisi ini sering tidak terdiagnosis dan kurang mendapat perhatian pada pasien gagal jantung. Makalah ini disusun berdasarkan kajian literatur dari Pubmed, Google Scholar dan Scopus untuk mendapatkan gambaran pendekatan psikosomatik, pada pasien depresi dengan gagal jantung yang di antaranya meliputi (1) epidemiologi, (2) patofisiologi, (3) diagnosis, dan (4) manajemen depresi pada gagal jantung. Hasil kajian literatur menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada gagal jantung di Indonesia sebesar 5,3-42%. Mekanisme patofisiologi depresi dan gagal jantung, merupakan proses yang saling memengaruhi, yang mana terjadi disregulasi pada sistem saraf simpatik dan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal yang pada gilirannya memiliki sejumlah efek hilir yang mengganggu, termasuk risiko terjadinya hipertrofi ventrikel kiri, hipertensi, vasokonstriksi koroner, disfungsi endotel aktivasi platelet, dan produksi sitokin proinflamasi. Diagnosis depresi pada pasien HF dilakukan mengacu pada kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (DSM-V) yang disusun oleh American Psychiatric Association . Skrining depresi dapat dilakukan menggunakan Patient Health Questionnaires-2 (PHQ-2) atau PHQ-9. Pendekatan terapi menggunakan model biopsikososial-spiritual. Psikoterapi (misalnya psikoterapi kognitif-perilaku) dan terapi farmakologis (misalnya penggunaan sertralin, penghambat ambilan serotonin selektif) terbukti aman dan efektif dalam manajemen depresi pada pasien dengan penyakit kardiovaskular. Selain itu, dibutuhkan juga program perawatan kolaboratif dan multidisiplin dalam intervensi pasien gagal jantung dengan depresi. Sebagai kesimpulan, tinjauan artikel dalam makalah ini menunjukkan bahwa prevalensi depresi pada gagal jantung cukup tinggi namun sering kurang dikenali oleh dokter, terdapat hubungan antara psikosomatik dan gagal jantung, pendekatan biopsikososial-spiritual melalui non farmakologi seperti psikoterapi dan terapi farmakologi memiliki manfaat. Penelitian di masa depan diperlukan untuk membuat evaluasi berbasis bukti dan algoritma pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari populasi target. Kata Kunci: Depresi, diagnosis, gagal jantung, psikosomatik Depression in Heart Failure: Psychosomatic Approach Depression is a common condition in heart failure (HF) and is considered a risk factor for cardiovascular disease. Depression disorder in patients with heart disease paradigmatically defines a psychosomatic-somatopsychic challenge to any health delivery. However, despite the devastating effects of depression, it is often underdiagnosed and receives little attention in heart failure patients. This review provides an extensive overview of HF regarding epidemiology, disease pathophysiology, diagnosis, and management from the latest literature. Based on the literature review, the prevalence of depression in heart failure in Indonesian patients was 5.3-42%. Psychological stress experienced by people suffering from depression can cause dysregulation in the sympathetic nervous system and hypothalamic–pituitary–adrenal (HPA) axis. This mechanism, in turn, has some deleterious downstream effects, including the development of hypertension, left ventricular hypertrophy, coronary vasoconstriction, endothelial dysfunction, platelet activation, and the production of pro-inflammatory cytokines. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-5 (DSM-5), published by the American Psychiatric Association, is used to diagnose depression in patients with HF. Meanwhile, the Patient Health Questionnaire (PHQ)-2 and PHQ-9 are commonly used as screening tools for depression in patients with HF. The Biopsychosocial-spiritual model as a psychosomatic approach have might reduce or prevent depression and thus improve quality of life and other outcomes. Evidence reveals that both psychotherapeutic treatment (e.g., cognitive-behavioral therapy) and pharmacologic treatment (e.g., use of the selective serotonin reuptake inhibitor sertraline) are safe and effective in managing depression in patients with cardiovascular disease. In conclusion, the review of articles in this paper shows that there is a high prevalence of depression in heart failure, but it is often not recognized by doctors, there is a relationship between psychosomatic, and heart failure, non-pharmacological interventions such as psychotherapy and pharmacological therapy have benefits. Future research is needed to create evidence-based evaluations and treatment algorithms tailored to the specific needs of the target population.
    • Correction
    • Source
    • Cite
    • Save
    • Machine Reading By IdeaReader
    0
    References
    0
    Citations
    NaN
    KQI
    []